Interpretasi : Keajaiban Enam Hari

sesuatu yang tetap berhembus dan mewangikan aroma air dan tanah, meski kelak hanya debu yang terbangkan, adalah pemahaman.
kepada retak-retak yang tampak pada alas kaki, dan kerikil yang begitu mudah bila ingin ku lempar, lain halnya dengan rasa manusia.tangan yang senantiasa berayun, pada hari pertama yang meragu. memberat dan mencekung, melontarkan sisa-sisa genggam.
hari kedua, lembayung abu-abu dan perak merajai mengambil warna-warna primer dari pantul cahaya setiap insan, terkapar dalam bias.
semua yang memiliki selain hitam dan putih, tak terlewatkan zona abu-abu, hakikinya setiap perbedaan menghilang di hari ketiga.
sungai hijau merenggut, tanganku enggan kembali berayun, membeku di hari ke empat, tanpa dasar, tenggelam.
sorot kita beradu terhadap pandang, menerka saja yang bisa, selagi bulan tertunduk, kau menghilang dari semesta di hari kelima.
sungai kuseberangi, terbakar dalam rangka pun aku tak peduli, jejak langkahmu tampak.
sampai benar-benar kau lenyap dihadapan mataku, di hari keenam.